Jadi TKI Karena Faktor Ekonomi, Wanita Ini Malah Jadi Juragan di Taiwan Hingga Beli Rumah Rp 2,6 Miliar Cash! Inilah “Sumber Pundi-Pundi” Kekayaannya!
Nasib seseorang memang tidak ada yang bisa menebak secara pasti di masa depan. Rahasia Tuhan tersebut, begitu rapat tersimpan hingga sang manusia sendiri yang bisa merubah jalan hidupnya. Seperti yang telah dialami oleh Lili Inayati atau kerap disapa sebagai Chen Lili. Seorang pekerja migran asal Indonesia yang tinggal di Kaohsiung, Taiwan.
Mantan TKI itu menjadi salah satu sosok perantauan yang sukses membuka usaha mandiri di negeri orang. Bahkan, bisnis restoran halalnya tersebut telah berhasil membukukan omzet hingga ratusan juta rupiah. Jauh berbeda ketimbang dirinya saat menjadi seorang TKI. Namun, semua yang ia rasakan kini diperoleh melalui perjuangan yang panjang. Kisah seorang Lili Inayati, dimulai dari kebulatan tekadnya menjadi seorang perantauan.
# Terpaksa menjadi TKI karena krisis moneter
Sejatinya, kehidupan Lili di Indonesia terbilang cukup karena ia telah memiliki sebuah toko untuk usaha. Sayang, badai krisis moneter yang terjadi pada 1998 silam, menenggelamkan toko beserta isinya. Penyebabnya tak lain karena banyaknya pelanggan yang berhutang pada Lili, namun tak bisa mengembalikannya dengan cepat. Alhasil, ia pun bangkrut seketika. Pilihan menjadi TKI pun diambilnya demi mengumpulkan modal kembali.
“Jadi TKI karena (krisis) moneter, saya juga dulu buka warung di Indonesia, buka toko, lalu kena moneter, uang pada di orang-orang dan nggak kembali. Gara-gara diutang orang nggak bisa kembali, modal habis. Kita lari ke Taiwan,” sambungnya yang dilansir dari finance.detik.com
# Pilih Taiwan dan sempat bekerja serabutan
Taiwan menjadi tujuan Lili bekerja karena ia merasa di sana tergolong aman dibanding negara lainnya. Tahun 2000, ia baru menginjakkan kakinya di Taiwan dan bekerja serabutan layaknya buruh migran pada umumnya. Setelah mendapatkan majikan, tugas utama Lili adalah menjaga orang-orang tua yang telah sepuh. Mulai dari memasak makanan hingga memandikan, ia tangani sendiri.
“Awalnya kerja, itu tahun 2000. Kerjaannya Jaga orang tua, jaga orang sakit. Mulai dari mandiin, masakin, apa aja lah,” ujarnya yang dilansir dari finance.detik.com.
# Bertemu jodohnya di tanah rantau
Karena lama di Taiwan, Lili pun bertemu dengan belahan jiwanya. Ia akhirnya melangsungkan pernikahan dengan sang suami yang asli penduduk setempat pada 2006. Setelah resmi berkeluarga, Lili memilih pindah bekerja di sebuah rumah sakit. Sayang, jam kerja padat yang membuat dirinya merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti. Sebagai gantinya, Lili memilih untuk fokus menekuni hobinya memasak dan berjualan hasil olahannya itu ke warung-warung Indonesia di Taiwan. Dari sinilah, ia akhirnya terinspirasi untuk membuka usaha secara mandiri.
“Jadi mulai jual kue-kue, peyek, kerupuk, apa saja deh yang orang pesan. Ya sambel juga. Terus kirim ke teman-teman yang (kerjanya) jaga orang tua, yang nggak bisa keluar. Pesen apa saya masakin. Terus ikut lomba-lomba masak, alhamdulillah saya suka menang. Terus banyak yang bilang, ‘masakan kamu enak’ ko nggak buka warung‘” cerita Lili yang dilansir dari finance.detik.com.
# Alami kesulitan hingga mendapat dukungan suami
Sayang, tekad kuat Lili untuk membuka usaha sendiri harus terbentur dengan dana, lokasi dan krisis percaya diri. Bermodal dukungan suami dan uang sebesar 300.000 NTD atau sekitar Rp 138 juta, ia mulai berjualan pada 2010. Sayang, usahanya tersebut hanya bertahan selama 2 tahun saja lantaran lokasinya yang kurang strategis dan kerap terkena banjir.
Ia pun sempat memilih berjualan secara online lewat internet. pada 2016, Lili mencoba kembali peruntungan usaha rumah makannya dulu. Tak disangka, upayanya ini berhasil dan ia telah mampu balik modal hanya dalam tempo dua bulan.
# Mantan TKI yang sukses mendirikan restoran Indonesia
Usaha restoran Lili yang kedua kalinya telah membuahkan hasil. Hal ini berkat saran dari orang-orang Indonesia yang menyuruh dirinya agar membuka tempat yang agak bagus. berkat kesuksesan tersebut, Lili bisa membeli rumah di Taiwan seharga 5,5 juta NTD, atau sekitar Rp 2,6 miliar secara tunai. Omsetnya sendiri rata-rata mencapai 300.000 NTD atau sekitar Rp 140 juta per bulan. Dirinya pun menjadi salah satu contoh mantan TKI Indonesia yang sukses berwirausaha di negeri orang.
“Makanya alhamdulillah sekali saya sekarang terus bersyukur. Bisa lebih untuk makan. Mulai semuanya dari 0. Dulu kulkas saja beli bekas. Itu yang masak saya sendiri. Pegawai waktu itu cuma dua, sekarang saya sudah punya 18 karyawan, alhamdulillah,” tuturnya yang dilansir dari finance.detik.com.
Benarlah sebuah pepatah yang mengatakan, “kerja keras tak akan mengkhianati hasilnya”. Asal ada kemauan dan mau bersusah-susah dahulu, tentu jalan kesuksesan akan terbentang di depan. Sama kisah Lili alias Chen Lili di atas, kita pun bisa mencontoh keberhasilannya dalam berbisnis.
Sumber: Boombastis
Comments
Post a Comment